Sistem ujian dilarang hanya menyodorkan soal-soal pilihan ganda, namun juga harus dilengkapi dengan model lainnya menyerupai essai. |
Sistem penilaian yang diterapkan pada siswa harus bervariatif dan tidak hanya mengacu pada pilihan ganda. Terlalu banyak mengkonsumsi soal pilihan ganda sanggup merusak sistem mencar ilmu dan menghambat daya kritis.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang), Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, sistem ujian dilarang hanya menyodorkan soal-soal pilihan ganda, namun juga harus dilengkapi dengan model lainnya menyerupai essai.
Sistem tes yang diterapkan dalam Ujian Nasional (UN) dilarang diterapkan di semua level ujian. Jika sistem UN dengan soal pilihan ganda diterapkan pada ujian di sekolah dan kelas, maka akan merusak sistem belajar.
Baca: Guru Harus Ajarkan Siswa Berpikir Kritis, Ini Alasannya
"Kalau UN pilihan ganda, maka USBN jangan multiple choice juga, ujian level kelas jangan menyerupai UN, harus lebih detail, memberi kesempatan siswa untuk menjawab, menjelaskan," kata Totok.
Menurutnya, ketika ini anak beragumentasi UN kini susah, alasannya yaitu mereka terbiasa menjawab A,B,C,D saja. Seharusnya, siswa harus diberi kesempatan untuk tidak selalu menjawab salah dan benar.
"Sekarang kan biasa ada belenggu-belenggu, jikalau enggak salah ya benar. Versi tanggapan ala kunci, tidak ada yang versi tanggapan ala anak," kata Totok yang kutip dari Medcom (14/02/19).
Harapannya assessment level kelas, sekolah, nasional tidak saling menggantikan. Assessment, tidak hanya ujian, namun juga observasi. Sudah ada beberapa sekolah yang melaksanakan itu. Ada sekolah yang tidak terbayangkan melaksanakan penemuan ternyata sanggup inovasi.
Advertisement