Para guru di sekolah dituntut berinovasi dalam menyebarkan model pembelajaran yang variatif, semoga anak tak lekas jenuh ketika belajar. |
Menurunnya daya konsentrasi berguru anak di kelas salah satunya disebabkan penggunaan gawai atau gadget yang berlebihan. Konsentrasi mereka ketika belajar, untuk bawah umur zaman kini itu tidak lebih dari 10 menit saja. Angka tersebut menurun drastis dibandingkan bawah umur yang hidup sebelum masa maraknya gawai.
"Kalau bawah umur dulu, konsetrasi sanggup tahan selama 30 menit," kata Direktur Global Sevilla School Puri, Robertus Budi Setiono yang kutip dari Medcom (12/02/19).
Para guru di sekolah dituntut berinovasi dalam menyebarkan model pembelajaran yang variatif, semoga anak tak lekas jenuh ketika belajar. Anak-anak zaman kini membutuhkan lebih banyak variasi model belajar. Baik itu di dalam kelas, maupun ketika berguru di rumah dengan orangtua.
Menurut Robertus, melatih anak untuk mempunyai kontrol diri (self control) juga sangat penting, semoga anak tidak terlarut atau bahkan dikendalikan oleh gawainya. Upaya ini sangat penting, sehingga fokus dan konsentrasi berguru anak tidak gampang hilang. Oleh lantaran itu, diharapkan penemuan pembelajaran di sekolah.
"Perlu metodologi pembelajaran yang beragam. Para guru juga harus memahami bagaimana menghadapi keberadaan dan huruf bawah umur sekarang. Kalau tidak melaksanakan upgrade sesuai dengan ilmu anak sekarang, ya amburadul," kata Robertus.
Baca: Aturan Kemendikbud Siswa SD Dilarang Bawa Gadget (HP)
Meski demikian, penggunaan gawai sebetulnya tidak jelek bila sesuai dengan porsinya. Bahkan sanggup dioptimalkan untuk menunjang pembelajaran.
Upaya sanggup dilakukan meningkatkan daya konsentrasi dan fokus para siswa di antaranya melalui metode mindfulness. Melalui praktik mindfulness tersebut, diyakini sanggup meningkatkan konsentrasi, fokus, dan kesadaran diri.
"Kalau mindfulness dilakukan secara konsisten, daya serap pelajaran akan lebih luar biasa, lantaran mereka sanggup konsen dan fokus dengan baik, serta sanggup mengurangi stres," tutup Robertus.
Mengasuh Anak dengan Mindful Parenting
Dilansir dari Liputan 6 (12/02/19), mindful parenting ialah contoh asuh yang berkesadaran, jadi segala didikan yang kita berikan itu kita lakukan dengan sadar. Orangtua dan guru diajak untuk sadar bahwa mendidik anak itu dari dalam.
Mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati. Ini harus menjadi dasar contoh mindful. Dalam arti, ketika anak berbicara, kita harus mendengar dengan penuh perhatian dan ketika kita berbicara juga betul-betul kita menghadirkan diri kita sehingga kita terkonsentrasi dan sadar bahwa diri kita dihadapannya.
Berikan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang diinginkan. Ketika kita mengikuti semua yang diinginkan maka tidak akan simpulan dan tidak sanggup mendidik mereka. Namun, kita sanggup memutuskan secara adil dan bijaksana apa yang dibutuhkan, mana yang boleh dan mana yang tidak untuk diberikan.
Advertisement